Main dengan Mbak Rina ditempat Kerjanya

ceritax
0


Hari itu aku sedang sibuk menyelesaikan salah satu proyekku untuk sebuah perusahaan tekstil. Iseng-iseng untuk refreshing, aku buka e-mailku, dan membalas e-mail yang masuk. Ada beberapa e-mail ucapan terimakasih dari mereka yang telah sukses mengikuti langkahku menggeluti bisnis wiraswasta ini. Ada juga e-mail dari calon pelanggan meminta proposal. 


Juga ada beberapa e-mail joke dari teman-temanku.


Sedang asyik-asyiknya membaca dan membalas e-mail, tiba-tiba HPku berbunyi..

“Yang.., sedang apa nih? Aku kangen..

”suara Monika pacarku terdengar di ujung sana.

“Hai Mon.., biasa sedang nyelesain kerjaan nih. Kamu masih kuliah ya?”

“Iya.. Lagi nunggu kelas berikutnya. Nanti malam jadi khan?”

“Pasti donk.. Aku juga kangen banget sama kamu..” jawabku mesra.

“Iya deh.. Udah dulu ya yang.. Dosennya udah datang.. Bye..”

Aku pun kemudian melanjutkan membalas e-mail. Setelah itu, kututup program e-mailku, dan akupun kembali mengerjakan proyekku. Lagi-lagi handphoneku berbunyi. Kulihat di layar, ternyata Mbak Sonya menelponku.


“Halo Mil.., apa kabar sayang?”

“Baik Mbak..”

“Kamu kok udah beberapa hari ini nggak main ke sini? Sedang sibuk ya?”

“Iya Mbak..”

“Sombong ya.. Mentang-mentang banyak proyek lupa sama Mbak..”

“Nggak Mbak.. Kan..”

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Mbak Sonya sudah memotong pembicaraanku..

“Mil.. Mbak punya teman.. Dia katanya punya proyek buat kamu. 

Kamu hubungi dia hari ini ya..”

“Baik Mbak..”


Mbak Sonyapun kemudian memberikan nama dan alamat serta nomor telepon temannya.

“Asal jangan lupa kamu harus ke sini besok. Mbak sudah kengen..”

“OK Mbak.. Terimakasih ya. Besok pasti Jamil ke sana. Kangen juga sama Mbak yang seksi abis..” jawabku bercanda.


“Ih.. Kamu nakal ya.. Awas ya besok..” jawabnya sambil tertawa kecil.

Memang aku sudah ketagihan berhubungan seks dengan Mbak Sonya. Semenjak bertemu saat membeli mobilnya dulu, seringkali kami tetap bertemu dan saling memuaskan birahi masing-masing. Sebagai lelaki normal, siapa juga yang akan menolak diajak berselingkuh dengan Mbak secantik itu.


Sambil memegang secarik kertas berisi nama teman Mbak Sonya, akupun berpikir apakah aku masih punya waktu untuk menerima proyek baru lagi. Sebab setelah proyek untuk perusahaan tekstil ini masih ada dua proyek lagi yang harus aku selesaikan. Tetapi kupikir aku terima saja, nanti kalau tidak bisa mengerjakannya sendiri, aku bisa minta tolong temanku yang dulu mengenalkanku pada bisnis ini untuk membantu. Alternatif lain, aku bisa minta deadline yang agak panjang dari teman Mbak Sonya ini.


Singkat cerita, sore itu aku segera bergegas menuju alamat sebuah gallery di kawasan Kemang. Setelah mengutarakan maksud kedatanganku pada satpam yang membuka pintu, akupun memasukkan mobilku ke dalam pekarangan gallery yang luas itu.

“Sore.. Saya ingin bertemu dengan ibu Rina..”

“Oh.. Ya silakan tunggu dulu ya Mas.. Namanya siapa darimana?” jawab resepsionis di gallery itu.


“Jamil.. Saya sudah punya janji kok”

Resepsionis itupun kemudian menelepon, dan setelah itu berujar..

“Mari Mas, saya antar ke dalam”

Kamipun menuju ruang kantor ibu Rina sambil melewati ruang gallery. Gallery tersebut indah sekali dengan banyaknya lukisan yang bagus-bagus diterpa lampu sorot sehingga menambah keindahannya.

“Permisi Bu.. Ini Mas Jamil” kata si resepsionis setelah kami memasuki ruangan kantor ibu Rina.


Kuperhatikan ternyata ibu Rina ini masih muda, mungkin sekitar 30 tahunan. Wajahnya cantik dan berkulit putih mulus. Saat itu dia memakai gaun dengan tali tipis di pundaknya, serta syal yang melingkar indah di lehernya yang jenjang. Gaun itu tampak tak sanggup menahan payudaranya yang membusung padat. Ditambah dengan gaun mininya yang memperlihatkan kakinya yang mulus, menambah darah mudaku bergejolak melihatnya.

“Hai Jamil.. Saya Rina”


Kurasakan tangannya yang lentik itu halus menjabat tanganku.

“Ayo silakan duduk..” katanya mempersilakanku duduk di sofa dalam ruangan kantornya.

Ibu Rinapun kemudian duduk di seberangku. Kamipun berbincang basa-basi sebentar. Ternyata dia adalah teman fitness Mbak Sonya. Mbak Sonya telah bercerita banyak tentangku termasuk bisnisku.


Kamipun kemudian berbincang lebih serius mengenai bisnisku. Untuk melihat penjelasanku yang menggunakan notebook, ibu Rinapun pindah duduk di sebelahku. Tubuhnya menyebarkan Milgi parfum yang lembut, menambah bergejolaknya nafsu kelelakianku. Sambil berbincang, sesekali kulihat belahan payudaranya yang putih mulus tersembul dari gaunnya. Ingin rasanya kuremas payudaranya yang menggemaskan itu, tetapi aku tentu harus bersikap professional.


Singkat kata, ibu Rina tertarik dan menyetujui harga yang kuminta. Iapun memintaku untuk menyiapkan kontrak kerja untuk disetujui bersama.

“Tapi saya minta sedikit kelonggaran waktu ya Bu.. Soalnya saya masih ada beberapa proyek yang harus diselesaikan” kataku.

“Oh.. Begitu ya.. Berapa lama punya saya selesainya?”


“Kira-kira satu bulan ya Bu..”

“Ok deh.. Nggak apa..” katanya

“Oh ya kamu mau minum apa Mil?”

“Apa aja deh..”

Ibu Rina pun kemudian menelepon pembantunya dan meminta dua orange juice.

“Kamu masih kuliah ya Mil”

“Masih Bu.. Tahap akhir”

“Oh.. Kamu jangan panggil saya Bu.. Saya masih muda lho.. Panggil saja Mbak”

“Oh iya Mbak”


Akupun terenyum dalam hati. Persis pengalamanku dengan Mbak Sonya dulu yang tidak mau dipanggil ibu. Pembantu Mbak Rina kemudian masuk menyajikan minuman.

“Ayo diminum Mil” kata Mbak Rina saat si pembantu beranjak pergi.

Mbak Rina lalu bangkit mengikuti pembantunya kemudian menutup pintu ruang kantor dan menguncinya. Kembali Mbak Rina duduk di sebelahku sambil meminum orange juicenya. Pahanya yang putih mulus tampak begitu menggoda saat dia menumpangkan kakinya. Akupun tak tahan untuk tidak melihat pemandangan indah itu.

“Sedang lihat apa Mil?” katanya sambil tersenyum manis.

“Oh nggak kok Mbak..”


“Ayo kamu sedang mikir yang jorok ya..” katanya lagi menggoda.

“Nggak kok Mbak.. Cuma kagum aja.. Habis Mbak cantik banget..”

“Ih.. Kamu genit juga ya.. Pinter merayu” godanya lagi.

Tangannya kemudian meraih tanganku dan diletakkannya di atas pahanya.

“Kamu pengin ini kan?” sambil berkata begitu Mbak Rina mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku.


Tak kuat menahan nafsu yang sedari tadi telah bergolak, kubalas ciuman Mbak Rina dengan penuh gairah. Sambil berciuman, kuremas dan kuusap pahanya yang mulus itu, sementara tanganku yang lain mengusap-usap rambutnya.


“Ehh..” erang Mbak Rina ketika tanganku menyentuh celana dalamnya yang telah basah.

Erangannya makin menjadi-jadi ketika tanganku menyibakkan celana dalam itu dan menemukan klitorisnya. Kuusap-usap klitoris Mbak cantik ini, dan cairan vaginanya semakin mengucur deras.


“Ahh.. Enak Mil.. Memang betul kata Sonya kamu hebat.. Terus Mil” erangnya lebih lanjut.

Sementara tanganku masih mengusap-usap vaginanya, akupun menciumi pundak putih Mbak Rina. Kemudian kuturunkan tali gaunnya sehingga payudaranya tampak meskipun masih terbungkus BH. Kuturunkan cup BH-nya dan payudaranya yang padat meloncat keluar seperti menantangku untuk menghisapnya. Langsung kuterkam payudara kenyal itu dan kuisap serta kujilati putingnya yang berwarna merah muda.

“Ahh.. Yess.. I like it.. Oh god..” erangan Mbak Rina semakin menjadi memenuhi ruangan kantor itu.


Terus kujilati puting yang semakin mengeras itu, dan tanganku yang satu masih terus memberikan kenikmatan pada klitorisnya.

“Oh Mil.. Yes.. Terus Mil.. Oh.. God” racau Mbak Rina merasakan nikmat yang kuberikan.

Setelah itu aku menghentikan sejenak aktifitasku. Tampak wajah Mbak menampakkan kekecewaannya


“Mil.. Don’t stop please.. Ayo terusin Mil..” pintanya


“Takut ketahuan Mbak.. Emang nggak ada siapa-siapa nih?” kataku sambil menciumi wajahnya yang cantik.

“Nggak ada.. Cuma pembantu sama satpam aja.. Mereka juga nggak akan tahu.”

“Suami Mbak?”


“Nggak ada.. Sedang ke luar negeri.. Ayo Mil.. Puasin Mbak ya sayang..” katanya sambil mendorong kepalaku ke arah payudaranya yang montok itu.


Kuisap dan kukulum puting payudara Mbak Rina. Bergantian kuhisap sepasang payudaranya. Mbak Rina kembali mengerang dan badannyapun menggeliat menahan nikmat.

Setelah puas menikmati payudara montok Mbak Rina, akupun mengangkat gaunnya sehingga tampak celana dalam mininya yang seksi berenda. Kulepas celana dalam itu, sehingga tampak vaginanya yang bersih tak berbulu sedikitpun. Langsung kujilati dan kuciumi vagina Mbak Rina, sehingga tubuhnya agak melonjak dari sofa.


“Ahh.. Mil.. Yes.. Ohh..” erang Mbak Rina.


Sambil mengerang, tubuhnya tampak sedikit melengkung ke belakang menahan nikmat. Tangannya tampak meremas-remas payudaranya sendiri.

Kubuka lebih lebar paha Mbak Rina, dan kujilati dan kadang kugigit perlahan klitorisnya. Sementara tanganku menggantikan tangannya untuk meremas-remas sepasang payudaranya yang kenyal itu. Ruangan semakin dipenuhi oleh erangan Mbak Rina, dan juga bunyi sofa karena gerakan tubuhnya yang mengeliat-geliat nikmat.


Tiba-tiba HP Mbak Rina berbunyi. Kamipun tak mempedulikannya dan aku terus memberikan kenikmatan oral pada Mbak yang cantik ini. Tetapi bunyi HP terus berbunyi..


“Shit.!!” maki Mbak Rina.

“Sebentar ya Mil.”


Mbak Rina pun bangkit dari sofa dan berjalan ke meja kerjanya. Diraihnya HP dan dijawabnya dengan nada kesal.

“Ya.. Ada apa?”

“Aku baik-baik aja dear.., sedang sibuk untuk pameran minggu depan” jawabnya sambil kembali duduk di sofa.


“Kamu sendiri gimana di Kuala Lumpur?” sambil berkata begitu tangan Mbak Rina meraih kepalaku yang masih berjongkok di depan sofa dan mendorong ke arah tubuhnya.

Akupun mengerti kemauannya. Kembali kusibakkan gaunnya dan mulutku kembali menciumi dan menghisapi bibir vaginanya. Kemudian kutelusuri vaginanya dengan lidahku, untuk kemudian kuhisap-hisap kembali klitorisnya.


“Iya dear.. Hmm.. Udah dulu ya.. Aku banyak kerjaan nih.. I love you..” sambil berbicara tangannya mengusap-usap rambutku.

Kulihat Mbak Rina menggigit bibirnya sendiri menahan erangannya, agar suaminya di ujung telepon tidak curiga.


“Iya.. Nggak apa.. Aku bisa jaga diri kok.. Ok.. Bye dear..” setelah menutup HP-nya, erangan Mbak Rina yang tadi terpaksa ditahannya langsung meledak.

“Oh.. God.. Terus Mil.. Yes..” Semakin cepat kujilati klitoris Mbak Rina.

“Ahh.. Mil.. Kamu hebat.. Aku keluar Mil.. Ohh..my godd..”


Tubuh Mbak Rina mengelinjang hebat dan cairan vaginanya semakin mengucur banyak. Terus kuhisap dan kuciumi vagina indah Mbak Rina yang cantik ini, sampai tubuhnyapun lemas terhempas di atas sofa. Kuraih tisu di atas meja dan kubersihkan mulutku dari cairan nikmat Mbak Rina. Kemudian kuhabiskan sisa orange juiceku, dan kuambil dan kuberikan orange juicenya.


“Minum dulu Mbak” kataku.


“Thank you Mil.., aduh belum pernah Mbak orgasme kayak tadi.. Kamu benar-benar laki-laki Mil..” Lalu diteguknya orange juicenya sampai habis.


“Sekarang giliran kamu ya..” katanya


Dimintanya aku berdiri di depannya. Mbak Rina yang masih duduk di sofa lalu membuka celana panjangku. Aku pun membuka kemejaku, dan tak lama akupun tinggal bercelana dalam di depannya.


“Kata Sonya punyamu besar ya Mil” katanya sambil tersenyum menggoda.

Tangannya kemudian menanggalkan celana dalamku, dan penisku yang memang lumayan besar itupun mencuat keluar dengan gagahnya sampai hampir mengenai wajahnya yang cantik.


“Oh.. God.., besar banget Mil.., I like it..” katanya sambil mengelus-elus kemaluanku dengan jemari tangannya yang lentik.


Sambil mengocok perlahan penisku, wajah Mbak Rina mendekat dan tak lama lidahnya telah menjilati batang penisku.


“Ah.. Mbak..” erangku ketika kepala penisku dijilatinya.


Sambil menjilati kepala penisku, Mbak Rina meremas-remas buah zakarku sambil matanya menatapku nakal menggoda. Kemudian dibukanya mulut mungilnya dan dikulumnya penisku. Rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku ketika Mbak Rina menggerakkan kepalanya maju mundur menghisapi penisku. Kuremas-remas kepalanya sambil merasakan kehangatan mulut Mbak muda yang cantik ini.


Tampak Mbak Rina begitu menikmati penisku. Dihisap, dijilati dan diremasnya penisku dengan penuh gairah. Sesekali gumaman nikmat terdengar dari mulutnya saat dia mengulum penisku. Sedangkan erangankupun semakin keras terdengar memenuhi ruangan kantor gallery itu.


“Now.. Please fuck me Mil.. Aku pengin ngerasain barangmu yang gede itu.” katanya sambil bangkit berdiri.


Dia pun kemudian berbalik membelakangiku. Kuciumi lagi pundaknya dan kuremas payudaranya. Kemudian Mbak Rina memposisikan dirinya sehingga dia menungging di atas sofa tamu. Kusibakkan gaunnya dan kuarahkan penisku ke liang vaginanya.

“Oh.. God..” erangnya ketika kepala penisku mulai masuk menyesaki liang vaginanya yang sempit.


Kudorong tubuhku sehingga peniskupun masuk lebih dalam, dan mulai kupompa vagina Mbak muda ini.


“Ahh.. Yes.. Fuck me.. Fuck me.. Yes.. Yes..” erang Mbak Rina setengah menjerit.

Payudaranya tampak bergoyang-goyang menggemaskan karena gerakan tubuhnya. Jepitan vagina sempit Mbak Rina terasa begitu nikmat di sepanjang penisku. Sambil memompa tubuhnya, sesekali kuremas payudaranya yang menggantung menggemaskan.


Setelah beberapa menit kami bersetubuh dengan doggy-style, akupun kemudian duduk di sofa. Mbak Rina segera menaiki tubuhku dan kami kembali bersetubuh dengan duduk saling berhadapan. Dengan posisi ini, aku leluasa untuk kembali menikmati payudaranya yang montok itu. Mbak Rina menaik-turunkan tubuhnya di pangkuanku, dan tanganku meremas-remas pantatnya yang bulat dan padat.


“Mil.. Mil.. Aku hampir keluar lagi Mil.. Oh.. God..” erang Mbak cantik ini.

Aku lalu kembali menghisapi payudaranya sambil tanganku mendekap erat punggungnya. Sambil tanganku yang lain memegang erat pantatnya, aku lalu menggenjot cepat penisku dalam liang vaginanya.


“Ahh.. Ahh.. God.. God.. Ahh..” jerit Mbak Rina mendapatkan orgasmenya yang kedua.

Butir keringat tampak mengalir membasahi wajahnya yang cantik dan sebagian menetes ke payudaranya yang indah. Akupun terus menggenjot tubuhnya dan tak lama akupun merasa akan segera menyemburkan spermaku dalam liang vaginanya.


“Hmmhh..” erangku tertahan saat orgasme, karena mulutku masih menghisapi payudara Mbak Rina.


Banyak sekali spermaku yang menyembur ke dalam vagina Mbak Rina. Mungkin karena aku begitu terangsang melihat wajahnya yang cantik serta bodynya yang seksi. Setelah itu akupun melepaskan dekapan eratku di tubuh Mbak cantik pemilik gallery ini. Tubuhnyapun rubuh lemas di samping tubuhku.


“Mbak puas banget Mil.. Belum pernah dapat yang seperti tadi dari suami Mbak”

“Jamil juga puas banget Mbak. Mbak cantik banget sih”

“Ih.. Kamu bisa aja” jawabnya sambil mencubit tanganku.


Kami pun beristirahat beberapa saat, sebelum aku pamit pulang karena ada janji dengan pacarku. Aku pun berjanji akan mengirim draft surat kontraknya lewat e-mail sesegera mungkin.


“Jangan lewat e-mail Mil.. Kamu bawa aja sendiri.. Mumpung suamiku belum pulang.. Aku tunggu ya.” katanya sambil tersenyum manis. –




Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)